The Maze Runner (The Maze Runner #1) (54)

Penulis : James Dashner

54

Tepat sebelum waktu biasanya Pintu-Pintu menutup, Frypan menyiapkan bekal terakhir untuk mereka bawa malam itu. Suasana muram dan ketakutan menyelimuti seluruh Glader. Thomas duduk di sebelah Chuck, tak menyentuh makanannya.

“Jadi ... Thomas,” kata anak itu sambil menyantap kentang tumbuknya. “Jadi, nama panggilanku berasal dari nama siapa?”

Thomas tak bisa menahan diri menggeleng-gelengkan kepala—ini dia, saat sedang memulai tugas yang mungkin paling berbahaya dalam hidup mereka, Chuck penasaran dengan asal nama panggilannya. “Aku tak tahu, mungkin Darwin? DUDE yang menemukan tentang evolusi.”

“Aku berani bertaruh tak seorang pun pernah menyebutnya DUDE sebelumnya.” Chuck menggigit sekali lagi santapannya, dan sepertinya berpikir bahwa saat itu adalah waktu terbaik untuk berbicara dengan mulut penuh. “Kau tahu, aku tak merasa terlalu takut. Maksudku, beberapa malam terakhir, duduk di dalam Wisma, menunggu Griever datang dan mengambil satu di antara kita adalah hal terburuk yang pernah kulakukan. Setidaknya sekarang kita yang akan mendekati mereka, mencoba melakukan sesuatu. Dan, setidaknya ....”

“Setidaknya apa?” tanya Thomas. Dia tidak percaya sedikit pun kalau Chuck tak merasa takut sama sekali; getir rasanya melihat anak itu bertingkah seolah-olah berani.

“Ya, semua orang berspekulasi makhluk-makhluk itu hanya membunuh satu dari kita. Mungkin aku terdengar seperti orang berengsek, tapi itu memberiku harapan. Setidaknya sebagian besar dari kita akan bisa melewatinya—dengan meninggalkan satu anak malang tewas. Lebih baik daripada kita semua yang mati.”

Hal itu membuat hati Thomas nyeri memikirkan anak-anak yang bergantung pada harapan hanya satu orang yang akan mati; semakin memikirkannya, Thomas kian tak yakin hal itu akan terjadi. Para Kreator mengetahui rencana itu—mereka mungkin memprogram ulang para Griever. Namun, bahkan sebuah harapan semu lebih baik daripada tiada harapan sama sekali. “Mungkin kita akan berhasil. Selama semua orang berjuang.”

Chuck berhenti mengunyah dan memandang Thomas dengan saksama. “Kau yakin tentan gitu, atau kau hanya mencoba menghiburku?”

“Kita bisa melakukannya.” Thomas mengunyah suapan terakhirnya, lalu menenggak air sebanyak mungkin. Dia belum pernah merasa berbohong seperti dalam hidupnya. Orang-orang akan mati. Tapi, dia akan melakukan segalanya semampu mungkin untuk meyakinkan Chuck bahwa dia bukanlah salah satunya. Dan, Teresa. “Jangan lupan janjiku. Kau masin bisa mengharapkannya.”

Chuck mengerutkan dahi. “Itu berat—kudengar dunia itu kacau.”

“He, mungkin saja, tapi kita akan menemukan orang-orang yang peduli kepada kita—kau lihat saja nanti.”

Chuck berdiri. “Ya, aku tak mau memikirkannya,” katanya. “Bawa saja aku keluar dari Maze dan aku bakal jadi orang yang berbahagia.”

“Baiklah,” Thomas setuju.

Kehebohan dari meja-meja lain memancing perhatiannya. Newt dan Alby sedang mengumpulkan para Glader, memberi tahu bahwa kini saatnya untuk berangkat. Alby terlihat biasa, tetapi Thomas masih mengkhawatirkan kondisi jiwanya. Dalam pikiran Thomas, Newt-lah yang akan memimpin, tetapi dirinya bisa menggantikannya sewaktu-waktu.

Kepanikan dan rasa takut yang sering dialami Thomas beberapa hari terakhir kini melandanya lagi dengan lebih hebat. Ini saatnya. Mereka akan berangkat. Mencoba tak memikirkannya, dan segera bertindak, dia meraih ranselnya. Chuck melakukan hal yang sama, dan mereka berjalan menuju Pintu Barat, yang menuju Tebing.

Thomas melihat Minho dan Alby tengah berbicara di dekat bagian kiri Pintu, membuat beberapa rencana dengan tergesa-gesa untuk memasukkan kode meloloskan diri segera setelah mereka masuk ke Lubang.

“Kalian siap?” tanya Minho ketika mereka mendekat. “Thomas, ini semua adalah idemu, jadi semoga ini berhasil. Jika tidak, aku akan membunuhmu sebelum para Griever melakukannya.”

“Terima kasih,” sahut Thomas. Namun, dia tak bisa menyingkirkan perasaannya yang bercampur aduk. Bagaimana jika ternyata dia salah? Bagaimana jika memori-memori yang dimilikinya keliru? Telah ditanamkan? Pikiran itu menakutkannya, dan dia menyingkirkannya. Tak mungkin mundur lagi.

Dia memandang Teresa, yang menggerak-gerakkan kakinya, meremas-remas tangannya. “Kau baik-baik saja?” tanya Thomas.

“Aku tak apa-apa,” jawab gadis itu sambil tersenyum kecil, jelas sama sekali tidak tenang. “Hanya cemas ingin segera menyelesaikannya.”

“Semoga terkabul,” kata Minho. Dia terlihat paling tenang bagi Thomas, paling percaya diri, dan paling tak terlihat takut. Thomas merasa iri kepadanya.

Ketika Newt akhirnya selesai mengumpulkan semua orang, dia meminta semuanya diam, dan Thomas menoleh untuk mendengarkan kata-katanya. “Kita berjumlah empat puluh satu anak.” Dia menaikkan ransel di pundak, dan mengangkat tongkat kayu besar dengan kawat berduri melingkari ujungnya. Beda itu tampak mematikan. “Pastikan kalian membawa senjata kalian. Selain itu, tidak banyak yang akan kukatakan—kalian semua sudah kuberi tahu mengenai rencananya. Kita akan berusaha keras mencapai Lubang Griever, dan di sana Thomas akan memasukkan kode ajaibnya lalu kita akan membuat pembalasan pada para Kreator. Semudah itu.”

Thomas hampir tak mendengarkan Newt, teralihkan oleh tingkah Alby yang tampak kesal di tepi, menjauh dari kerumunan Glader, sendirian. Alby menarik tali busurnya sambil menatap tanah. Wadah anak panah tergantung di bahunya. Kecemasan Thomas meningkat memikirkan jika kondisi Alby menjadi tak stabil dan mengacaukan segalanya. Dia memutuskan akan mengawasi anak itu sebisa mungkin secara diam-diam.

“Sepertinya perlu ada yang menyampaikan kata-kata penyemangat atau semacamnya?” usul Minho, mengalihkan perhatian Thomas dari Alby.

“Silakan,” sahut Newt.

Minho mengangguk dan menghadap ke kerumunan. “Hati-hati,” katanya datar. “Jangan mati.”

Thomas mungkin akan tergelak jika bisa, tetapi dia terlalu takut hingga tak mampu tertawa.

“Bagus. Kami semua benar-benar terinspirasi,” kata Newt, kemudian menunjuk ke belakang bahunya, ke arah Maze. “Kalaian semua tahu rencananya. Setelah dua tahu diperlakukan seperti tikus-tikus percobaan, malam ini kita mengambil keputusan. Malam ini kita akn melawan para Kreator, tak peduli apa pun yang akan kita hadapi untuk sampai ke sana. Malam ini para Griever harus siap menghadapi kita.”

Seseorang bersorak, kemudian seorang lagi. Tak lama kemudian teriakan dan seruan pertempuran pun membahana, semakin nyaring, memenuhi udara seperti guntur. Thomas merasakan percik keberanian dalam dirinya—dia menangkapnya, menahannya, dan membangkitkannya. Newt benar. Malam ini, mereka akan berjuang. Malam ini, mereka akan mengambil tindakan, sekali dan untuk semuanya.

Thomas sudah siap. Dia ikut bersorak dengan Glader yang lain. Dia tahu seharusnya mereka tidak ribut, tak memancing perhatian lebih besar lagi, tetapi dia tak peduli. Permainan sudah dimulai.

Newt menghunus senjatanya ke udara dan berseru, “Dengar itu, para Kreator! Kami akan datang!”

Bersamaan dengan itu, dia berbalik dan berlari ke Maze, derap kakinya yang timpang nyaris tak kentara. Memasuki udara kelabu yang tampak lebih gelap daripada Glade, dipenuhi bayang-bayang dan kegelapan. Para Glader di sekeliling Thomas, masih berseru penuh semangat, mengangkat senjata-senjata mereka dan menyusul Newt, bahkan Alby. Thomas mengikuti mereka, berjajaran dengan Teresa dan Chuck, memegang tombak kayu besar dengan belati terikat di ujungnya. Perasaan bertanggung jawab terhadap teman-temannya mendadak melingkupinya—membuatnya berat untuk berlari. Namun, Thomas tetap melaju, bertekad untuk berhasil.


Kau bisa melakukannya, pikirnya. Kau harus sampai ke Lubang itu.[]

No comments:

Post a Comment