Penulis : James Dashner
52
Pertemuan itu langsung dibanjiri beragam pendapat, Newt
dengan sangat perlahan bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Thomas dan
menarik tangannya; dia mengajaknya ke pintu. “Kau keluar. Sekarang.”
Thomas tertegun. “Keluar? Kenapa?”
“Kau sudah cukup banyak berbicara di pertemuan ini. Kami
perlu mengadakan rapat dan memutuskan tindakan selanjutnya—tanpa dirimu.” Mereka sudah sampai di pintu dan Newt mendorongnya
pelan keluar. “Tunggu aku di dekat Kotak. Setelah kami selesai, kau dan aku
akan bicara.”
Newt hendak berbalik, tetapi Thomas mengulurkan tangan dan
menahannya. “Kau harus percaya kepadaku, Newt. Ini satu-satunya jalan keluar
kita dari sini—kita bisa melakukannya, aku bersumpah. Kita memang diharapkan melakukan itu.”
Newt menatapnya dan menjawab dengan berbisik tajam. “Ya, aku
cukup senang mendengar ide tentang kau menawarkan diri untuk dibunuh.”
“Aku benar-benar rela melakukannya.” Thomas
bersungguh-sungguh, tetapi hanya karena rasa bersalah yang menyiksanya. Rasa
menyesal karena entah bagaimana dia membantu merancang Maze itu. Namun, jauh di dasar hatinya, dia tetap berharap dapat
melawan cukup lama hingga ada yang berhasil memasukkan kode itu dan mematikan
para Griever sebelum makhluk-makhluk itu membunuhnya. Kemudian, membuka
pintunya.
“Oh, begitu?” kata Newt, terlihat jengkel. “Kau ini Tuan
Murah-Hati rupanya, ya?”
“Aku punya banyak alasan tersendiri. Salah satunya adalah
karena salahku kalian berada di sini.” Dia terdiam, menarik napas menenangkan
diri. “Bagaimanapun, aku tetap akan pergi, jadi kau sebaiknya tak membuang
waktuku.”
Newt mengerutkan dahi, kedua matanya mendadak menyiratkan
rasa kasihan. “Jika kau memang membantu merancang Maze ini, Tommy, ini bukan salahmu. Kau seorang anak-anak—kau tak bisa menolak paksaan
mereka.”
Akan tetapi, ucapan Newt tak mencajadi masalah. Demikian
pula perkataan orang lain. Thomas sudah sangat terbebani mengenai persoalan
tanggung jawab ini—dan rasanya kian berat setiap kali dia memikirkannya. “Aku
hanya merasa ... harus menyelamatkan semua orang. Untuk melepaskan bebanku.”
Newt mundur, perlahan menggelengkan kepala. “Kau tahu apa
yang lucu, Tommy?”
“Apa?” tanya Thomas, khawatir.
“Aku memercayaimu. Kedua matamu tak berbohong. Dan, aku
sendiri tak percaya akan mengatakan hal ini.” Dia terdiam sejenak. “Tapi, aku
akan kembali ke dalam untuk meyakinkan anak-anak lain bahwa kita sebaiknya
pergi melewati Lubang Griever, seperti katamu. Juga melawan para Griever itu
ketimbang hanya duduk di sini membiarkan mereka mengambil kita satu per satu.”
Newt mengangkat satu jarinya. “Tapi, dengar—aku tak ingin mendengar lagi soal
kau sekarat dan segala macam tentang pengorbanan heroik. Jika kita ingin
melakukannya, kita harus siap menerima semua risiko—ini berlaku untuk kita
semua. Kau mengerti?”
Thomas merentangkan kedua tangannya, sangat lega. “Sangat
jelas. Aku hanya mencoba menunjukkan bahwa risikonya sebanding dengan hasilnya.
Bagaimanapun, jika seseorang akan mati setiap harinya, kita juga bisa mengambil
kesempatan untuk kepentingan kita.”
Newt mengernyit. “Ya, menyenangkan, bukan?”
Thomas hendak berbalik, tetapi Newt memanggilnya. “Tommy?”
“Ya?” Thomas berhenti melangkah, tetapi tak menoleh.
“Jika aku tak bisa meyakinkan anak-anak lain—dan kemungkinan itu kecil—waktu terbaik
untuk kita pergi adalah pada malam hari. Kita berharap lebih banyak Griever
yang keluar dan berkeliaran di Maze—bukan
di Lubang mereka.”
“Baiklah.” Thomas setuju dengannya—dia sangat berharap Newt
bisa meyakinkan para Pengawas. Dia menoleh kepada Newt dan mengangguk.
Newt tersenyum, tampak samar di antara raut wajahnya yang
cemas. “Kita sebaiknya melakukannya malam ini, sebelum ada lagi yang terbunuh.”
Dan, sebelum Thomas menyahut, Newt kembali ke Pertemuan.
Thomas, agak terguncang dengan perkataan terakhir Newt,
meninggalkan Wisma dan berjalan ke sebuah bangku tua di dekat Kota dan duduk di
atasnya, pikirannya berkecamuk. Dia terus memikirkan tentang Flare yang
dikatakan Alby dan menebak-nebak artinya. Anak yang lebih tua itu juga
menyebutkan tentang daratan yang sangat panas dan sebuah penyakit. Thomas tak
ingat sama sekali mengenai hal itu, tetapi jika itu benar, dunia yang mereka
cari kembali itu tampaknya tak terlalu menyenangkan. Tetap saja—pilihan lain
apa yang mereka miliki? Di samping fakta bahwa para Griever menyerang setiap
malam, Glade pada dasarnya telah lumpuh.
Merasa frustrasi, cemas, dan lelah oleh semua pikirannya,
Thomas memanggil Teresa. Kau bisa
mendengarku?
Ya, gadis itu menyahut. Di
mana kau?
Di dekat Kotak.
Aku ke sana sebentar
lagi.
Thomas menyadari betapa dia sangat membutuhkan dukungan
gadis itu. Bagus. Aku akan memberitahumu
tentang rencana itu; kurasa sudah dimulai.
Apa rencananya?
Thomas bersandar di bangku dan mengangkat kaki kanannya,
membayangkan reaksi Teresa setelah mendengar perkatannya. Kita akan melewati Lubang Griever. Menggunakan kode itu untuk mematikan
para Griever dan membuka pintu keluar dari sini.
Sesaat tak ada tanggapan. Aku sudah mengira hal seperti ini.
Thomas berpikir sebentar, lalu menambahkan, Kecuali kau punya ide-ide yang lebih baik?
Tidak. Ini bakal
mengerikan.
Thomas memukulkan kepalan tangan kanannya ke tangan kiri
meskipun dia tahu gadis itu tak bisa melihatnya. Kita bisa melakukan ini.
Aku meragukannya.
Ya, kita harus
mencobanya.
Sekali lagi tak ada tanggapan, kali ini lebih lama. Thomas
dapat merasakan gadis itu berusaha memantapkan hati. Kau benar.
Kurasa kita akan pergi
malam ini. Kemarilah dan kita bisa membicarakannya lebih banyak.
Aku segera ke sana
dalam beberapa menit.
Thomas merasa lambungnya mengerut dilanda rasa ragu.
Kenyataan tentang gagasan yang diungkapkannya, rencana Newt mencoba meyakinkan
para Kreator untuk menyerimanya, mulai menyadarinya. Dia tahu rencana itu
berbahaya, tetapi ide untuk sungguh-sungguh melawan para Griever—bukan sekadar
berlari menghindari mereka—adalah mengerikan. Skenario terbaik yang sudah jelas
adalah bahwa hanya satu dari mereka akan mati—tetapi itu pun tak bisa
sepenuhnya diyakini. Mungkin para Kreator akan segera memprogram ulang
makhluk-makhluk itu. Dan, kemudian semua pengorbanan itu tak berarti.
Dia berusaha tak memikirkannya.
Lebih cepat daripada yang diharapkan Thomas, Teresa datang
dan duduk di sebelahnya, tubuh mereka bersinggungan karena bangku yang sempit.
Gadis itu menyentuh tangan Thomas. Anak laki-laki itu balas meremasnya, dengan
kuat hingga dia tahu rasanya pasti menyakitkan.
“Ceritakan kepadaku,” kata gadis itu.
Thomas pun mengatakannya, mengulang semua yang
disampaikannya pada para Pengawas, benci saat melihat kedua mata Teresa
dipenuhi rasa cemas—dan ngeri. “Rencana ini mudah untuk dikatakan,” kata Thomas
setelah menceritakan semuanya. “Tapi, Newt berpikir kita harus melakukannya malam ini. Sekarang kedengarnnya tak
terlalu bagus.” Thomas merasa ngeri terutama memikirkan Chuck dan Teresa ada di
luar sana—dia sendiri sudah pernah berhadapan langsung dengan Griver dan tahu
pasti kemampuan makhluk itu. Dia ingin melindungi teman-temannya dari
pengalaman mengerikan itu, tetapi dia tahu itu tidak bisa dilakukannya.
“Kita bisa melakukannya,” kata Teresa dengan suara pelan.
Mendengar gadis itu mengucapkannya hanya membuat Thomas
merasa lebih khawatir. “Ya Tuhan, aku takut.”
“Ya Tuhan, kau memang manusia. Kau sudah seharusnya merasa takut.”
Thomas tak menjawab dan untuk beberapa lama mereka hanya
duduk terdiam di sana, berpegangan tangan, tak ada kata yang terucap, baik
dalam pikiran mereka ataupun yang dilontarkan. Thomas merasakan sekilas
kedamaian, yang hendak menghilang dengan cepat, dan dia mencoba menikmatinya
selama mungkin.[]
No comments:
Post a Comment