Penulis : James Dashner
53
Thomas hampir merasa sedih saat Pertemuan akhirnya selesai.
Ketika Newt keluar dari Wisma, dia tahu waktu untuk beristirahat sudah
berakhir.
Pengawas itu melihat mereka dan mendekat dengan berlari
kecil. Thomas melepaskan tangan Teresa tanpa sadar. Newt akhirnya berhenti dan
menujuk dadanya saat dia memandang mereka duduk di bangku. “Ini sinting, kau
tahu itu, kan?” Ekspresi wajahnya tak terbaca, tetapi matanya berkilat penuh
kemenangan.
Thomas berdiri, merasakan semangat mengaliri seluruh
tubuhnya. “Jadi, mereka setuju untuk pergi?”
Newt mengangguk. “Semuanya. Tidak sesulit yang kubayangkan.
Anak-anak itu sudah melihat hal0hal yang terjadi pada malam hari saat
Pintu-Pintu itu terbuka. Kita tak bisa keluar dari Maze sialan ini. Kita harus mencoba sesuatu.” Dia berbalik dan mengawasi para Pengawas, yang mulai
mengunpulkan kelompoknya masing-masing. “Kini kita hanya perlu meyakinkan semua
Glader.”
Thomas tahu hal itu jauh lebih sulit ketimbang membujuk para
Pengawas.
“Kau pikir mereka akan menerimanya?” tanya Teresa, akhirnya
berdiri dan bergabung dengan mereka.
“Tidak semuanya,” ujar Newt, dan Thomas bisa melihat
keputusasaan di matanya. “Beberapa anak memutuskan tetap tinggal dan menanggung
risikonya—dijamin.”
Thomas tak meragukan orang-orang akan pucat ketakutan
memikirkan akan melakukan hal itu. Meminta mereka melawan para Griever adalah
permintaan yang berat. “Bagaimana dengan Alby?”
“Entahlah,” sahut Newt, melihat ke sekeliling Glade,
mengawasi para Pengawas dan kelompok mereka. “Aku yakin anak itu memang lebih takut pulang ke rumah
daripada bertemu para Griever. Tapi, aku akan membujuknya pergi dengan kita,
jangan khawatir.”
Thomas berharap dia dapat mengingat hal-hal yang menyiksa
Alby, tetapi nihil. “Bagaimana caramu meyakinkannya?”
Newt tertawa. “Aku akan sedikit membual. Aku akan bilang
kepadanya kita semua akan menemukan kehidupan baru di bagian lain dunia, hidup
bahagia selamanya.”
Thomas mengangkat bahu. “Ya, mungkin kita bisa. Kau tahu,
aku berjanji kepada Chuck akan membawanya pulang. Atau setidaknya memberikan
sebuah tempat tinggal untuknya.”
“Ya,” gumam Teresa. “Apa pun itu lebih baik daripada tempat
ini.”
Thomas memandang ke berbagai perdebatan yang terjadi di
seluruh Glade, para Pengawas berusaha sebisa mungkin meyakinkan orang-orang
bahwa mereka harus mengambil kesempatan dan memperjuangkan jalan mereka menuju
Lubang Griever. Beberapa Glader langsung menolaknya, tetapi sebagian besar
sepertinya mendengarkan, atau setidaknya mempertimbangkannya.
“Jadi, apa selanjutnya?” tanya Teresa.
Newt menarik napas dalam-dalam. “Memastikan siapa saja yang
akan pergi dan yang tetap tinggal. Siapkan semuanya. Makanan, senjata.
Kemudian, kita berangkat. Siapkan semuanya. Makanan, senjata. Kemudian, kita
berangkat. Thomas, aku akan menugaskanmu sebagai penanggung jawab karena ini
idemu, tapi sudah cukup sulit mengumpulkan orang di pihak kita tanpa menjadikan
seorang Anak-Bawang menjadi pemimpin kami—tanpa bermaksud menghinamu. Jadi,
jangan terlalu mencolok, oke? Kami akan menyerahkan soal kode itu kepadamu dan
Teresa—jadi, jadi kalian dapat membereskannya dari belakang.”
Thomas sama sekali tidak keberatan untuk tidak
mencolok—menemukan komputer itu dan memasukkan kodenya adalah lebih dari
sekadar tanggung jawab baginya. Bahkan, dengan beban seberat itu di pundaknya,
dia harus melawan rasa panik yang mulai menjalarinya. “Kau membuatnya terdengar
begitu mudah,” katanya akhirnya, berusaha bersikap ceria menghadapi situasi
itu, atau setidaknya suaranya
menunjukkan hal itu.
Newt melipat tangannya lagi, menatapnya dengan saksama.
“Seperti kau bilang—jika tetap di sini, satu anak akan mati malam ini. Kita
pergi, satu anak juga akan mati. Apa bedanya?” Dia menuding Thomas. “Jika kau benar.”
“Memang benar.” Thomas tahu dirinya benar mengenai Lubang,
kode, pintu keluar, dan keharusan untuk melawan. Namun, apakah ada satu anak
yang lebih yang akan mati, dia tak punya petunjuk. Bagaimanapun, satu-satunya
firasat yang dirasakannya adalah mereka tak boleh ragu-ragu.
Newt menepuk punggungnya. “Bagus. Ayo kita beraksi.”
Beberapa jam berikutnya dipenuhi kehebohan.
Sebagian besar Glader setuju untuk pergi—malah lebih banyak
dari yang diduga Thomas. Bahkan, Alby memutuskan untuk berangkat. Meskipun tak
seorang pun mengakuinya, Thomas yakin kebanyakan dari mereka terpengaruh oleh
teori bahwa hanya satu orang yang akan dibunuh oleh Griever, dan mereka
memastikan bahwa diri mereka bukanlah
orang bodoh tersebut. Anak-anak yang memutuskan tetap tinggal di Glade hanya
sedikit, tetapi mereka pantang menyerah dan membuat keributan. Mereka
berkeliling dengan berkeluh kesah, mencoba mengatakan betapa bodohnya anak-anak
yang lain. Tak lama kemudian, mereka menyerah dan menyingkir.
Sedangkan bagi Thomas dan anak-anak lain yang berniat untuk
melarikan diri, banyak sekali yang harus mereka kerjakan.
Ransel-ransel dikeluarkan dan diisi penuh perbekalan.
Frypan—Newt berkata kepada Thomas bahwa kelompok Juru Masak adalah salah satu
dari para Pengawas yang setuju berangkat—bertanggung jawab mengumpulkan semua
makanan dan mengatur pembagiannya agar merata di semua ransel. Alat suntik
Serum Duka termasuk yang dibawa meskipun Thomas memperkirakan para Griever
tidak akan menyengat mereka. Chuck bertanggung jawab mengisi botol-botol air
dan membagikannya kepada semua orang. Teresa membantunya, dan Thomas meminta
gadis itu sebisa mungkin bersikap seolah perjalan ini menyenangkan, meskipun
dia harus berbohong, dan memang hanya itu yang bisa dilakukannya. Chuck
berusaha menunjukkan sikap berani sejak kali pertama mengetahui mereka akan
melakukan tindakan ini, tetapi kulitnya yang berkeringat dan tatapannya yang
nanar menampakkan perasaannya yang sesungguhnya.
Minho berangkat ke Tebing dengan sekelompok Pelari, membawa
gulungan tali dari tanaman ivy dan
baru-baru untuk menguji sekali lagi Lubang Griever yang tak terlihat itu.
Mereka berharap makhluk-makhluk itu akan bergerak sesuai jadwal dan tidak
keluar ketika hari masih terang. Thomas sebenarnya ingin segera pergi ke Lubang
itu dan memasukkan kode secepat mungkin, tetapi dia tak tahu apa yang akan
terjadi ataupun yang menantinya di sana. Newt benar—mereka lebih baik menunggu
hingga malam tiba dan berharap sebagian besar dari Griever ini berada di Maze, tidak di dalam Lubang mereka.
Ketika Minho kembali, tanpa terluka sedikit pun, Thomas
menduga anak itu terlihat sangat optimis bahwa memang benar-benar ada sebuah
pintu keluar. Atau pintu masuk. Bergantung dari sisi mana kau melihatnya.
Thomas membantu Newt membagikan persenjataan, dan bahkan
semakin banyak senjata rakitan baru yang dibuat di tengah kecemasan mereka
bersiap-siap menghadapi para Griever. Tongkat-tongkat kayu diserut menjadi
tombak atau dililit kawat berduri; belati-belati diasah dan diikat dengan tali
di ujung-ujung dahan-dahan kokoh yang ditebas dari pohon di hutan; kumpulan
pecahan kaca direkatkan dengan plester ke ujung sekop-sekop. Di ujung hari,
para Glader telah siap sebagai sebuah pasukan kecil. Pasukan yang kurang persiapan dan sangat menyedihkan, pikir Thomas,
tapi tetap saja dapat dikatakan sebagai
pasukan.
Segera setelah dia dan Teresa selesai membantu, mereka pergi
ke pojok rahasia di Tempat-orang-mati untuk menyusun rencana mengenai pusat
kendali di dalam Lubang Griever dan cara memasukkan kodenya.
“Kita yang harus melakukannya,” kata Thomas ketika mereka
bersandar di pohon, yang dedaunannya mulai berwarna kelabu karena sinar
matahari buatan yang berkurang. “Jika kita terpisah, kita bisa terus melakukan
kontak dan masih dapat saling menolong.”
Teresa meraih ranting pohon dan mengulitinya. “Tapi, kita
perlu rencana cadangan untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu kepada kita.”
“Tepat sekali. Minho dan Newt tahu kata-kata kode itu—kita
akan memberi tahu bahwa mereka harus memasukkannya ke komputer jika kita ...
ya, kau tahu.” Thomas tak ingin memikirkan semua hal buruk yang mungkin akan
terjadi.
“Rencana yang cukup mudah, kalau begitu.” Teresa menguap,
seolah kehidupan berjalan normal.
“Sangat mudah. Lawan para Griever, masukkan semua kodenya,
meloloskan diri lewat pintu. Kemudian, membuat perhitungan dengan para
Kreator—dengan cara apa pun.”
“Enam kata kode, entah berapa banyak Griever di dalam sana.”
Teresa mematahkan ranting itu menjadi dua. “Omong-omong, menurutmu apa kepanjangan
dari WICKED?”
Thomas seperti merasa perutnya baru saja dipukul. Entah
mengapa, mendengar kata itu saat ini, dari orang lain, memancing kembali
sesuatu yang hilang dari pikirannya. Anak laki-laki itu tertegun karena tak
menyadari hal itu sejak dulu. “Tanda yang kulihat di dalam Maze—ingat? Plakat logam dengan kata-kata terukir di atasnya?”
Jantung Thomas berpacu karena semangat.
Teresa mengerutkan dahi kebingungan selama sesaat, tetapi
kemudian matanya seakan berkilat. “Wow. Dunia Dalam Bencana: Departemen Wilayah
Pemusnahan. WORLD IN CATASTROPHE: KILLZONE EXPERIMENT DEPARTMENT—Dunia Dalam
Bencana: Departemen Wilayah Pemusnahan. WICKED, WICKED adalah baik—seperti yang kutulis di lenganku. Tapi, apa artinya itu?”
“Aku tak tahu. Itulah sebabnya aku takut setengah mati jika
semua yang kita kerjakan ini ternyata hanyalah sebuah kebodohan. Pertumpahan
darah yang sia-sia.”
“Semua orang tahu situasi yang akan mereka hadapi,” Teresa
menyentuh tangan Thomas. “Jangan Terbebani, ingat?”
Thomas ingat itu, tetapi entah mengapa kata-kata Teresa
terasa hampa—mereka tak bisa berharap banyak kepada Glader lain. “Jangan
terbebani,” ulang anak laki-laki itu.[]
No comments:
Post a Comment