Penulis : James Dashner
49
Satu jam kemudian, Thomas duduk di depan para Pengawas dalam
acara Pertemuan, seperti yang diikutinya satu atau dua minggu yang lalu. Mereka
belum mengizinkan Teresa ikut, yang cukup membuatnya kesal seperti yang
dirasakan gadis itu. Newt dan Minho percaya kepada Teresa saat ini, tetapi
anak-anak yang lain masih meragukannya.
“Baiklah, Anak-Bawang,” kata Alby, tampak lebih baik
kondisinya saat dia duduk di tengah barisan kursi yang berjajar membentuk
setengah lingkaran, di sebelah Newt. Kursi-kursi yang lain sudah diduduki
kecuali dua buah—menjadi pengingat mengerikan bahwa Zart dan gally telah
diambil oleh para Griever. “Tidak usah memikirkan yang lain. Mulailah
berbicarca.”
Thomas, masih agak pusing akibat Perubahan, sesaat berusaha
menenangkan diri. Dia ingin mengatakan banyak hal, tetapi berharap dapat
menyampaikannya agar terdengar masuk akal sebisa mungkin.
“Ceritanya panjang,” dia memulai. “Kita tak punya waktu
untuk mendengarkan semuanya, tapi akan kukatakan intinya. Ketika melewati
proses Perubahan, aku melihat beberapa kilasan memori—ratusan ingatan—seperti
layar film yang diputar dipercepat. Banyak yang muncul di kepalaku, tapu hanya
beberapa yang cukup jelas untuk kuceritakan. Hal yang lain tampak kabur atau
menghilang.” Dia diam sejenak, mengumpulkan semua ingatan sekali lagi. “Tapi,
aku ingat cukup banyak. Para Kreator itu menguji kita. Maze ini tidak dibuat untuk dicari pemecahannya. Ini dibuat untuk
sebuah percobaan. Mereka menginginkan para pemenangnya—atau anak-anak yang
bertahan hidup—melakukan sesuatu yang penting.” Suaranya mengecil, bimbang
mengatakan tugas yang harus disampaikannya.
“Apa?” tanya Newt.
“Begini,” kata Thomas, mengusap matanya. “Kita semua diambil
ketika masih sangat muda. Aku tak ingat dengan cara apa atau kapan—hanya
beberapa kilas ingatan dan perasaan yang berubah, bahwa sesuatu yang sangat
buruk telah terjadi. Aku tahu apa itu. Para Kreator mengambil paksa kita semua,
dan kurasa mereka merasa berhak melakukannya. Entah bagaimana mereka menemukan
bahwa kita memiliki kecerdasan di atas rata-rata, dan itulah alasan mereka
memilih kita. Aku tak tahu, kebanyakan memori itu hanya garis besarnya dan
tidak terlalu jelas.
“Aku tak ingat apa pun tentang keluargaku atau kejadian yang
menimpa mereka. Tapi, setelah diambil, kita menghabiskan beberapa tahun
berikutnya belajar di sekolah-sekolah khusus, menjalani hidup yang sepertinya
normal hingga kita akhirnya mampu membiayai dan membangun Maze. Semua nama kita hanyalah nama panggilan bodoh yang mereka ciptakan—seperti
Alby untuk Albert Einstein, Newt untuk Isaac Newton, dan aku—Thomas. Seperti
nama depan Edison.”
Alby seolah baru saja ditampar wajahnya. “Nama-nama kita ...
itu bahkan bukan nama asli kita?”
Thomas menggelengkan kepala. “Aku hanya bisa bilang, kita
mungkin tidak akan pernah tahu nama asli kita.”
“Apa maksudmu?” tanya Frypan. “Jadi, kita ini anak-anak
yatim piatu aneh yang dibesarkan oleh para ilmuwan?”
“Ya,” kata Thomas, berharap ekspresinya tidak menunjukkan
perasaannya yang sangat tertekan. “Menurut dugaanku, kita semua sangat cerdas
dan mereka mempelajari setiap gerakan kita, menganalisis kita. Melihat anak
yang bertahan menghadapi semuanya. Tak heran ada banyak sekali mata-mata
Serangga-mesin berkeliaran di sekitar tempat ini. Ditambah lagi, beberapa dari
kita otaknya telah ... diubah.”
“Aku memercayai semua omong kosong ini seperti aku percaya
masakan Frypan bagus untuk kesehatanmu,” gerutu Winston, tampak lelah dan tak
tertarik.
“Buat apa aku mengada-ada?” kata Thomas, suaranya meninggi. Dia membiarkan dirinya disengat dengan tujuan untuk mengingat semua hal
ini! “Kalau kau punya ide yang
lebih bagus, apa menurutmu penjelasannya? Bahwa kita tinggal di atas planet
makhluk luar angkasa?”
“Teruskan ceritamu,” kata Alby. “Tapi, aku tak mengerti
kenapa tak seorang pun dari kami yang mengingat hal itu. Aku juga sudah
melewati proses Perubahan, tapi yang kulihat hanyalah ....” Dia menengok ke
kanan dan kiri dengan cepat, seakan telah mengucapkan sesuatu yang tak
seharusnya dilontarkan. “Aku tidak terlalu paham.”
“Aku baru akan mengatakan kepadamu hal yang kurasa lebih
kumengerti daripada semua anak di sini,” kata Thomas, merinding membayangkan
bagian kisah yang dimaksud. “Apakah aku bisa meneruskan ceritaku?”
“Bicaralah,” kata Newt.
Thomas menarik napas dalam-dalam, seakan-akan hendak memulai
sebuah perlombaan. “Oke, entah bagaimana mereka telah menghapus memori-memori
kita—tidak hanya masa kecil kita, tapi juga semua hal yang berujung tentang
memasuki Maze. Mereka meletakkan kita
di dalam Kotak dan mengirim kita ke sini—sekelompok besar anak-anak untuk
memulainya dan kemudian satu anak setiap bulan selama dua tahun terakhir.”
“Tapi, kenapa?” tanya Newt. “Apa tujuannya?”
Thomas mengangkat tangan meminta agar semuanya diam. “Nanti
aku akan sampai ke bagian itu. Seperti kubilang, mereka ingin menguji kita,
melihat reaksi kita terhadap yang mereka sebut Variabel, dan terhadap masalah
yang tak ada jalan keluarnya. Melihat apakah kita mampu bekerja sama—atau
bahkan membangun sebuah komunitas. Segalanya disediakan untuk kita, dan sebuah
masalah disusun menjadi salah satu teka-teki yang paling umum diketahui
masyarakat—sebuah maze. Hal ini
dibuat agar kita berpikir bahwa ada sebuah solusi, mendorong kita bekerja lebih
keras, sementara pada saat bersamaan meningkatkan keputusasaan kita karena tak
menemukan satu pun jalan keluar.” Anak itu berhenti bicara dan memandang
sekelilngnya, memastikan semua orang mendengar. “Jadi, maksudku adalah, jalan
keluar itu tidak ada.”
Komentar segera berhamburan, berbagai pertanyaan saling
bersahutan.
Thomas mengangkat tangannya lagi, berharap dia dapat
memindahkan semua isi kepalanya ke dalam otak semua anak. “Lihat kan? Reaksi
kalian membuktikan inti hal yang kubicarakan. Sebagian besar orang akan
menyerah jika berada pada titik ini. Tapi, kurasa kita berbeda. Kita tidak mau
menerima bahwa sebuah masalah tidak bisa
dipecahkan—terutama jika masalah itu sesederhana sebuah maze. Dan, kita terus berjuang tanpa peduli kecilnya harapan itu.”
Thomas menyadari nada suaranya kian meninggi saat berbicarac
dan dia merasa wajahnya memanas. “Apa pun alasannya, ini membuatku muak! Semua
ini—para Griever, tembok-tembok yang bergerak, Tebing—semua itu hanyal bagian
dari sebuah tes bodoh. Kita telah
dimanfaatkan dan dimanipulasi. Para Kreator menginginkan pikiran kita bekerja
menemukan pemecahan masalah yang tidak pernah ada. Hal yang sama juga dialami
Teresa yang dikirim ke sini, keberadaannya yang digunakan sebagai pembuka
Bagian Akhir—apa pun arti istilah itu—tempat
ini yang dihentikan aktivitasnya, langit yang kelabu, dan seterusnya. Mereka
melemparkan hal-hal gila ini untuk melihat reaksi kita, menguji tekad kita.
Melihat apakah kita akan bekerja sama. Dan, akhirnya, mereka menginginkan
anak-anak yang bertahan hidup untuk sesuatu yang penting.”
Frypan berdiri. “Dan, membunuhi orang? Itukah sebagian kecil
hal menyenangkan dari rencana mereka?”
Thomas merasa takut sesaat, cemas bila para Pengawas mungkin
naik darah terhadapnya karena tahu terlalu banyak. Dan, itu sedikit lagi akan
membuat segalanya jadi lebih buruk. “Ya, Frypan, membunuh orang. Satu-satunya
alasan para Griever melakukannya satu per satu adalah agar kita tidak semuanya
mati sebelum ini berakhir seperti yang direncanakan. Orang-orang yang paling
sanggup bertahan. Hanya yang terbaik di antara kita akan berhasil meloloskan
diri.”
Frypan menendang kursinya. “Ya, kalau begitu, kau sebaiknya
langsung saja mengatakan jalan keluar gaibmu itu!”
“Dia akan mengatakannya,” kata Newt, perlahan. Tutup mulut
dan dengarkan.”
Minho, yang selama itu hanya mendengarkan, berdeham.
“Sepertinya aku bakal menyukai apa yang akan kudengar.”
“Mungkin tidak,” kata Thomas. Dia memejamkan mata sesaat
lalu melipat kedua tangannya. Beberapa menit berikutnya akan menjadi sangat
penting. “Para Kreator menginginkan anak-anak yang terbaik di antara kita demi
hal yang mereka rencanakan. Tapi, kita harus berusaha untuk mendapatkannya.”
Ruangan menjadi senyap, semua mata memandang Thomas. “Kode itu.”
“Kode?” ulang Frypan, ada nada berharap dalam suaranya. “Ada
apa dengan kode itu?”
Thomas memandangnya, terdiam. “Kode itu tersembunyi dalam
semua pergerakan tembok Maze karena
alasan tertentu. Aku tahu itu—aku berada di sana saat para Kreator
membuatnya.”[]
No comments:
Post a Comment