The Maze Runner (The Maze Runner #1) (45)

Penulis : James Dashner

45 

BERDASARKAN jam tangan Thomas, saat itu sudah menjelang siang ketika dia dan Minho melewati Pintu Barat memasuki Glade. Thomas merasa sangat lelah hingga dia hanya ingin segera berbaring dan tidur. Mereka telah berada di dalam Maze selama paling tidak 24 jam.

Yang mengherankan, meskipun tanpa cahaya dan segalanya porak-poranda, kegiatan di dalam Glade tampaknya terus berjalan seperti biasa—bertani, berkebun, bersih-bersih. Beberapa anak di sana segera menyadari kehadiran mereka. Newt segera diberi tahu dan dia datang menghampiri.

“Kalian yang pertama pulang,” katanya saat mendekati mereka. “Apa yang terjadi?” Wajahnya yang terlihat sangat berharap seperti anak-anak membuat hati Thomas nyeri—dia jelas mengira mereka telah menemukan sesuatu yang penting. “Katakan bahwa kalian membawa kabar baik.”

Tatapan Minho tampak muram, memandang kosong ke kejauhan. “Tidak ada,” katanya. “Maze ini hanya sebuah lelucon.”

Newt memandang Thomas, kebingungan. “Apa yang dia bicarakan?”

“Dia hanya kecewa,” kata Thomas mengangkat bahu dengan lelah. “Kami tidak menemukan hal-hal yang berbeda. Tembok-tembok itu tidak bergerak, tak ada pintu keluar, tidak ada-apa. Apakah para Griever datang tadi malam?”

Newt diam sejenak, wajahnya tampak mendung. Akhirnya, dia mengangguk. “Ya. Mereka membawa Adam.”

Thomas tidak mengenal nama itu dan merasa bersalah karena tak merasakan apa pun. Hanya satu orang lagi, batinnya. Mungkin Gally memang benar.

Newt baru akan berbicara lagi ketika Minho mendadak mengamuk, mengejutkan Thomas.

“Aku muak dengan semua ini!” Minho meludah ke rumpun tanaman ivy, urat-urat lehernya menonjol. “Aku muak dengan semua ini! Habis sudah! Semua sudah berakhir!” Dia melepas ranselnya dan melemparnya ke tanah. “Tidak ada pintu keluar, tidak pernah ada, tidak akan pernah ada. Kita semua sudah tamat.”

Thomas mengawasi, tenggorokannya kering, saat Minho mengentakkan langkah kembali ke Wisma. Hal ini membuatnya cemas—jika Minho menyerah, mereka semua berada dalam masalah besar.

Newt tak mengatakan apa pun. Dia meninggalkan Thomas berdiri di sana, yang kini menatap menewang. Keputusasaan menggantung di udara seperti asap yang membumbung dari Ruang Peta, pekat dan tajam.


Para Pelari kembali sejam kemudian, dan dari yang didengar Thomas, tak seorang pun dari mereka menemukan sesuatu dan mereka pun menyerah. Wajah-wajah muram terlihat di seluruh Glade dan sebagian besar pekerja meninggalkan pekerjaan sehari-hari mereka.

Thomas kini sadar bahwa kode Maze adalah harapan mereka satu-satunya. Kode itu harus memberikan jawaban. Harus. Dan, setelah berkeliling tanpa tujuan di Glade mendengar ceri-cerita dari para Pelari lainnya, dia cepat-cepat mengenyahkan kecemasannya.

Teresa? Panggilnya dari dalam kepalanya, memejamkan mata, seolah itu akan membuatnya berhasil. Di mana kau? Apa kau menemukan sesuatu?

Setelah jeda beberapa lama, anak laki-laki itu nyaris putus asa, mengira usahanya tak berhasil.

Eh? Tom, tadi kau mengatakan sesuatu?

Ya, sahut Thomas, merasa bersemangat karena berhasil menjalin kontak lagi. Kau dapat mendengarku? Apakah suaraku jelas?

Kadang-kadang agak bergelombang, tapi kau berhasil. Agak aneh rasanya, ya?

Thomas memikirkannya—sebenarnya, dia mulai terbiasa melakukannya. Sudah tak terlalu aneh. Kalian masih ada di ruang bawah tanah? Aku melihat Newt, tapi dia tahu menghilang lagi.

Masih di sini. Newt menyuruh tiga atau empat Glader membantu kami melacak Peta-Peta ini. Kurasa kami berhasil mengumpulkan semua kode.

Jantung Thomas seperti melompat hingga kerongkongannya. Kau serius?

Turunlah kemari.

Aku segera ke sana. Anak laki-laki itu sudah berlari saat mengucapkannya, tak lagi merasa lelah.


Newt membukakan pintu untuknya.

“Minho masih belum kembali,” katanya saat mereka berjalan menuruni tangga ke ruang bawah tanah. “Kadang-kadang dia memang gampang kesal.”

Thomas heran karena Minho membuang waktu dengan merajuk, terutama dengan kemungkinan-kemungkinan yang bisa didapat dari kode ini. Dia menyingkirkan pikiran itu ketika memasuki ruangan. Beberapa Glader yang tak dikenalnya berkumpul mengelilingi meja, berdiri; mereka semua tampak sangat lelah, dengan mata cekung. Tumpukan Peta berserakan di mana-mana, termasuk di atas lantai. Seolah ada angin tornado yang berputar tepat di tengah ruangan.

Teresa bersandar di barisan lemari, membaca selembar kertas. Dia mendongak ketika Thomas masuk, tetapi kemudian kembali membaca kertas yang dipegangnya. Thomas merasa agak kecewa—dia berharap gadis itu gembira melihatnya—tetapi kemudian anak laki-laki itu merasa sangat bodoh karena memikirkan hal itu. Teresa jelas sedang sibuk memecahkan kode itu.

Kau harus melihat ini, ujar gadis itu kepadanya tepat saat Newt membubarkan semua anak—mereka bergerombol menuju tangga kayu, beberap di antara menggerutu karena bekerja seharian tanpa hasil.[]

No comments:

Post a Comment