Penulis: Suzanne
Collins
“Kau harus memberitahuku apa yang terjadi di sini kalau
ingin aku mempertimbangkan untuk membantumu,” desak Tobias. “Walaupun aku masih
tak yakin kenapa kau memerlukanku.”
Aku melihat bayangan Evelyn di dinding, bergerak-gerak seiring
gerakan api. Ia langsing dan kuat, seperti Tobias. Jari-jarinya memutar
rambutnya saat ia bicara.
“Apa sebenarnya yang ingin kau ketahui?”
“Beri tahu aku tentang diagram itu. Juga petanya.”
“Dugaan temanmu tadi benar. Peta dan diagram itu berisi
daftar rumah aman kami,” jawab Evelyn. “Namun, ia keliru tentang jumlah
populasi ... kurang lebih. Angka-angka itu bukan jumlah seluruh factionless—tapi hanya golongan
tertentu. Dan, aku yakin kau bisa menebaknya.”
“Aku sedang tak berminat menebak-nebak.”
Evelyn menghela napas. “Divergent. Kami mendata jumlah
Divergent.”
“Bagaimana kau tahu siapa mereka?”
“Sebelum serangan simulasi terjadi, bagian dari upaya
pertolongan Abnegation melibatkan pengujian para factionless untuk melihat suatu anomali genetik,” jelas Evelyn.
“Terkadang, pengujian itu meliputi penyelenggaraan kembali tes kecakapan.
Terkadang, lebih rumit daripada itu. Tapi, Abnegation menjelaskan kepada kami
baha mereka berpikir kami mungkin memiliki jumlah Divergent tertinggi
dibandingkan faksi mana pun di kota.”
“Aku tak mengerti. “Kenapa—”
“Kenapa factionless
memiliki jumlah Divergent paling banyak?” Sepertinya Evelyn tersenyum. “Orang
yang tak bisa mengikuti cara berpikir tertentu tentunya akan meninggalkan faksi
itu atau gagal dalam inisiasi, kan?”
“Bukan itu yang kutanyakan,” bantah Tobias. “Aku ingin tahu
kenapa kau peduli dengan berapa
jumlah Divergent yang ada.”
“Faksi Erudite membutuhkan sumber daya manusia. Sementara
ini mereka mendapatkannya di faksi Dauntless. Sekarang, mereka mencari lebih
banyak lagi, dan jelas kamilah sasarannya, kecuali jika mereka tahu kami
memiliki lebih banyak Divergent dibandingkan kelompok lain. Kalaupun mereka
tidak tahu, aku penasaran berapa banyak anggota kami yang kebal terhadap
simulasi.”
“Okelah,” kata Tobias, “tapi kenapa faksi Abnegation perlu
menemukan Divergent? Tentunya bukan untuk menolong Jeanine, kan?”
“Tentu tidak,” jawab Evelyn. “Sayangnya aku juga tak tahu
kenapa. Faksi Abnegation enggan memberikan informasi jika itu hanya untuk
memuaskan rasa ingin tahu. Mereka cuma meritahukan apa yang menurut mereka
harus kami ketahui.”
“Aneh,” gumam Tobias.
“Mungkin kau harus menanyakan ini pada ayahmu,” Evelyn
menyarankan. “Ayahmulah yang memberitahuku tentang dirimu.”
“Tentang aku,” Tobias mengulangi. “Apa yang tentang aku?”
“Ayahmu curiga kau itu Divergent,” kata Evelyn. “Ia selalu
mengawasimu. Memperhatikan perilakumu. Ia sangat perhatian terhadapmu. Itulah
sebabnya ... itulah sebabnya kupikir kau akan aman bersamanya. Lebih aman
bersama ayahmu dibandingkan denganku.
Tobias tidak mengucapkan apa pun.
“Sekarang, aku tahu dugaanku itu salah.”
Tobias masih diam.
“Aku ingin—” ucap Evelyn.
“Jangan coba-coba minta maaf.” Suara Tobias bergetar. “Ini
bukan sesuatu yang bisa kau perban dengan sepatah atau dua patah kata dan
pelukan, atau apa pun.”
“Oke,” jawab Evelyn. “Oke. Aku tak akan melakukannya.”
“Jadi, untuk apa para factionless
bersatu?” Tobias bertanya lagi. “Kalian ingin melakukan apa?”
“Kami ingin merebut kekuasaan dari faksi Erudite,” kata
Evelyn. “Begitu kami menyingkirkan mereka, tak ada yang bisa mencegah kami
menguasai pemerintahan.”
“Karena itulah, kau ingin aku membantumu. Menggulingkan
pemerintahan yang korup dan menggantinya semacam tirani factionless.” Ia mendengus. “Enak saja.”
“Kami bukan mau jadi tiran,” kata Evelyn. “Kami ingin
mendirikan masyarakat baru. Masyarakat tanpa faksi.”
Mulutku kering. Tanpa faksi? Dunia tempat tak seorang pun
tahu siapa dirinya atau di mana tempat yang cocok untuknya? Aku bahkan tak bisa
membayangkan itu. Aku hanya bisa membayangkan kekacauan dan keterpencilan.
Tobias tertawa. “Oke. Jadi, bagaimana caramu menggulingkan
Erudite?”
“Terkadang, perubahan drastios membutuhkan tindakan
drastis.” Bayangan Evelyn mengangkat sebelah bahu. “Kurasa itu akan melibatkan
penghancuran besar-besaran.”
Aku bergidik mendnegar kata “penghancuran”. Di suatu tempat
gelap dalam diriku, aku menginginkan penghancuran, asalkan faksi Erudite yang
dihancurkan. Tapi, kata itu membawa arti baru bagiku, terutama setelah aku
melihat seperti apa jadinya: tubuh-tubuh berbaju kelabu tergeletak di tepi
jalan dan di trotoar; para pemimpin faksi Abnegation tertembak di halam rumah
mereka, tepat di samping kotak surat.
Aku menekankan wajahku ke matas tempatku tidur, begitu keras
hingga dahiku sakit, agar kenangan itu hilang, enyah, enyah.
“Tentang kenapa kami membutuhkanmu,” lanjut Evelyn. “Untuk
mewujudkannya, kami memerlukan bantuan Dauntless. Mereka memiliki senjata dan
pengalaman bertempur. Kau bisa menjembatani kesenjangan antara kami dan
mereka.”
“Kau pikir aku ini seorang Dauntless yang penting? Tidak.
Aku cuma seseorang yang tidak banyak takut.”
“Yang kusarankan,” kata Evelyn, “adalah agar kau menjadi
penting.” Ia berdiri, bayangannya memanjang dari langit-langit hingga ke
lantai. “Aku yakin kau akan menemukan caranya kalau mau. Pikirkanlah.”
Evelyn menarik rambutnya yang ikal dan menggelungnya. “Pintu
selalu terbuka.”
Beberapa menit kemudian, Tobias kembali berbaring di
sampingku. Aku tak ingin mengaku telah mencuri dengar, tapi aku ingin memberi
tahu Tobias bahwa aku tak memercayai Evelyn, atau factionless, atau siapa pun yang bisa dengan mudahnya bicara
tentang menghancurkan satu faksi.
Sebelum aku sempat mengumpulkan keberanian untuk berbicara,
napas Tobias sudah teratur: Ia tidur.[]
No comments:
Post a Comment