Penulis : James Dashner
62
Thomas berbagi tempat tidur tingkat dengan Minho, yang
memaksa tidur di atas; Newt dan Frypan berada persis di sebelah mereka.
Pengurus tempat itu menempatkan Teresa di kamar berbeda, membawanya pergi
bahkan sebelum gadis itu mengucapkan selamat berpisah. Thomas sudah sangat
merindukannya meskipun Teresa baru pergi selama beberapa detik.
Ketika Thomas bersiap tidur di atas pembaringan empuk malam
itu, Minho berkata kepadanya dari atas, “Hai, Thomas.”
“Ya?” Thomas menjawab tak jelas karena sangat lelah.
“Menurutmu, apa yang terjadi dengan para Glader yang tetap
tinggal di sana?”
Thomas tak memikirkan hal itu sebelumnya. Kepalanya telah
penuh pikiran tentang Chuck dan kini Teresa. “Aku tak tahu. Tapi, berdasarkan
dari banyaknya teman kita yang tewas di sini, rasanya aku tak ingin jadi salah
seorang dari mereka sekarang. Para Griever mungkin sudah berkeliaran di sekitar
mereka.” Dia tak percaya nada suaranya terkesan tak peduli ketika mengucapkan
itu.
“Menurutmu, kita aman bersama orang-orang ini?” tanya Minho.
Thomas merenungkan pertanyaan itu beberapa saat. Hanya ada
satu jawaban yang diharapkan. “Ya, kurasa kita aman.”
Minho mengatakan sesuatu lagi, tetapi Thomas tak
mendengarnya. Rasa lelah menyelubungi dirinya, pikirannya sejenak melayang
kembali ke Maze, saat-saat ketika
dirinya menjadi seorang Pelari dan betapa besar keinginannya menjalani
itu—bahkan sejak malam pertama di Glade. Rasanya seperti sudah seratus tahun
yang lalu. Seperti sebuah mimpi.
Gumam percakapan mengisi ruangan itu, tetapi bagi Thomas
seperti berasal dari dunia lain. Dia memandang barisa papan kayu melintang di
alas pembaringan di atasnya, merasa kian mengantuk. Namun, keinginan berbicara
dengan Teresa membuatnya menahan rasa kantuk itu.
Bagaimana kamarmu?
Tanya Thomas dalam pikirannya. Ingin
rasanya kau ada di sini.
Oh, ya? Sahut
gadis itu. Dengan sekumpulan anak
laki-laki bau? Kurasa tidak.
Kurasa kau benar.
Kuduga Minho sudah tiga kali buang angin semenit terakhir ini. Thomas tahu
usahanya membuat lelucon menyedihkan, tetapi hanya itu yang bisa dia lakukan.
Thomas dapat merasakan Teresa tertawa, berharap dia juga
bisa melakukannya. Lantas, keduanya lama terdiam. Aku berduka soal Chuck, akhirnya gadis itu berkata.
Thomas tersengat ras nyeri dan memejamkan matanya, semakin
tenggelam dalam kedukaan malam itu. Kadang-kadang
anak itu menjengkelkan, katanya. Dia terdiam sejenak, ingatannya kembali
pada malam ketika Chuck membuat Gally ketakutan setengah mati di kamar mandi. Tapi, ini menyakitkan. Rasanya aku seperti
kehilangan seorang adik.
Aku tahu.
Aku berjanji
kepadanya—
Berhentilah, Tom.
Apa? Thomas
berharap Teresa membuat perasaannya lebih baik, mengatakan sesuatu yang dapat
melenyapkan rasa sakitnya.
Berhentilah mengatakan
soal janji itu. Setengah dari kita sudah berhasil. Kita semua akan mati jika
tetap tinggal di Maze.
Tapi, Chuck tidak
berhasil, kata Thomas. Kepedihan menyiksanya karena dia tahu bahwa dia
bersedia menukar siapa saja dari para Glader dengan Chuck.
Dia mati demi
menyelamatkanmu, kata Teresa. Dia
membuat pilihannya sendiri. Jangan menyia-nyiakannya.
Thomas merasa kedua matanya memanas; sebutir air mata
mengalir di pelipis kanannya, menyentuh rambutnya. Keduanya terdiam selama
semenit penuh. Kemudian, Thomas berkata, Teresa?
Ya?
Thomas takut mengungkapkan isi pikirannya, tetapi dia
mencobanya. Aku ingin mengingatmu.
Mengingat kita. Kau tahu, sebelum ini.
Aku juga.
Sepertinya kita ....
Thomas tak tahu bagaimana mengatakannya.
Aku tahu.
Entah apa yang akan
terjadi esok.
Kita akan tahu
beberapa jam lagi.
Ya. Baiklah, selamat
malam. Anak laki-laki itu ingin berbicara lebih banyak. Namun, tak bisa.
Selamat malam,
sahut gadis itu, tepat saat lampu-lampu dipadamkan.
Thomas berguling ke sisi lain, merasa lega saat itu gelap
sehingga tak ada yang melihat ekspresi wajahnya.
Bukan senyum yang ada di sana. Atau ekspresi bahagia. Namun,
hampir.
Dan, saat ini, itu sudah cukup baik.[]
No comments:
Post a Comment