Penulis: Suzanne
Collins
11
Mereka mengepung kami, tapi tidak memborgol, lalu menggiring
kami ke depan lift. Walau aku sering bertanya mengapa kami tidak ditahan, tak
ada yang mengatakan apa pun atau memandangku. Akhirnya, aku menyerah dan diam,
seperti Tobias.
Kami naik ke lantai tiga, di sana merka membawa kami ke
ruangan kecil dengan lantai marmer putih dan bukan hitam. Perabotan yang ada di
dalam sana hanyalah bangku di sepanjang dinding belakang. Setiap faksi memang
memiliki ruangan khusus untuk mengurung orang-orang yang bikin onar, tapi aku
tak pernah masuk ke dalamnya.
Pintu di belakang kami ditutup dan dikunci. Kami hanya
berdua lagi.
Tobias duduk di bangku dengan kening berkerut. Aku
mondar-mandir di depannya. Jika Tobias tahu mengapa kami berada di sini, ia
pasti sudah mengatakannya kepadaku, jadi aku tak bertanya. Aku berjalan lima
langkah ke depan dan lima langkah ke belakang, lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belakang, dnegan irama tetap, dengan harapan berjalan bisa
membantuku mendapatkan gagasan.
Jika faksi Erudite tidak menguasai faksi Candor—Edward
memang bilang mereka tidak melakukan itu—mengapa kaum Candor menahan kami? Apa
yang telah kami lakukan terhadap mereka?
Jika faksi Erudite memang
tidak menguasai faksi Candor, satu-satunya kejahatan yang tersisa adalah
memihak faksi Erudite. Apakah aku melakukan sesuatu yang bisa ditafsirkan
sebagai tindakan memihak faksi Erudite? Aku menggigit bibir bawahku terlalu
dalam sampai-sampai berjengit. Ya, aku melakukan itu. Aku menembak Will. Aku
menembak beberapa Dauntless lainnya. Mereka di bawah pengaruh simulasi, tapi
mungkin faksi Candor tidak tahu itu atau tidak menganggap itu alasan yang cukup
kuat.
“Bisakah kau tenang?” tanya Tobias. “Kau membuatku gugup.”
“Ini membuatku tenang.”
Ia memajukan tubuh dan menyandarkan sikunya ke lutut, lalu
menatap ke antara sepatu ketsnya. “Luka di bibirmu itu mengatakan tidak.”
Aku duduk di sampingnya dan memeluk lututku ke dada dengan
satu lengan. Lengan kananku menggantung di sampingku. Selama beberapa saat, ia
tak mengatakan apa pun. Aku peluk kakiku lebih erat. Aku merasa, semakin kecil
tubuhku semakin aman aku.
“Terkadang,” kata Tobias, “aku khawatir kau tak
memercayaiku.”
“Aku percaya padamu, jawabku. “Tentu saja aku percaya
padamu. Kenapa kau pikir tidak?”
“Sepertinya ada hal-hal yang belum kau ceritakan kepadaku.
Aku sudah memberi tahu banyak kepadamu
....” Tobias menggeleng. “Aku tak akan mengatakannya kepada orang lain.
Namun, ada sesuatu yang terjadi padamu dan kau belum menceritakannya kepadaku.”
“Banyak hal yang terjadi. Kau kan tahu itu,” kataku. “Lagi
pula, kau sendiri bagaimana?” Aku bisa mengatakan yang sama terhadapmu.”
Tobias menyentuh pipiku, jari-jarinya menyelusup ke
rambutku. Mengabaikan pertanyaanku seperti aku yang mengabaikan pertanyaannya.
“Jika ini tentang orangtuamu,” ia mengucapkan dengan lembut,
“katakanlah dan aku akan memercayaimu.”
Mengingat di mana kami berada, seharusnya tatapannya liar
karena ketakutan, tapi matanya mantap dan gelap. Mata Tobias membawaku ke
tempat yang kukenal. Tempat aman. Tempat aku bisa mengaku dengan mudah bahwa
aku telah menembak sahabatku. Tempat yang tidak membuatku takut dengan cara
Tobias memandangku setelah mengetahui apa yang kulakukan.
Aku menutup tangannya dengan tanganku. “Ini tentang itu,”
kataku pelan.
“Oke,” jawab Tobias. Ia menciumku Rasa bersalah mencengkeram
perutku.
Pintu terbuka. Beberapa orang berjalan masuk—dua orang
Candor dengan pistol, seorang pria Candor berkulit gelap, dan wanita Dauntless
yang tak kukenal. Kemudian: Jack Kang, wakil faksi Candor.
Berdasarkan standar sebaagian besar faksi, ia pemimpin faksi
yang muda—baru tiga puluh sembilan tahun. Tapi, berdasarkan standar faksi
Dauntless, itu bukan apa-apa. Eric menjadi pemimpin faksi Dauntless pada usia
tujuh belas. Tapi, itu mungkin salah satu alasan mengapa faksi-faksi lain tidak
menganggap serius pendapat atau keputusan kami.
Jack juga tampan, dengan rambut hitam pendek, mata sipit,
seperti Tori, serta tulang pipi yang menonjol. Walaupun tampan, ia tak tahu
cara bersikap menawan, mungkin karena ia itu seorang Candor dan faksi Candor
menganggap pesona itu menipu. Aku yakin ia akan memberi tahu kami apa yang
terjadi tanpa membuang-buang waktu untuk berbasa-basi. Itu sesuatu yang bagus.
“Mereka bilang kalian bertanya-tanya mengapa kalian
ditahan,” katanya. Suaranya berat, tapi anehnya datar, seakan-akan bisa
menimbulkan gema bahkan di dasar gua kosong. “Menurutku itu artinya tuduhan
terhadap kalian palsu atau kalian pintar berpura-pura. Satu-satunya—”
“ami dituduh apa?” aku menyelanya.
“Ia dituduh
melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Kau
dituduh menjadi kaki tangannya.”
“Kejahatan terhadap kemanusiaan?” akhirnya Tobias terdengar
marah. Ia memandang jijik ke arah Jack. “Apa?”
“Kami sudah melihat video penyerangan itu. Kau yang menjalangkan simulasi penyerangan itu,”
jelas Jack.
“Bagaimana kalian bisa melihat video itu? Kami mengambil
datanya,” kata Tobias.
“Kau hanya mengambil satu salinan data. Semua video yang
direkam di kompleks Dauntless pada saat penyerangan itu juga dikirmkan ke
komputer-komputer lain di seluruh kota,” jawab Jack. “Yang kami lihat adalah
kau menjalankan simulasi dan ia
nyaris dipukuli sampai mati sebelum akhirnya menyerah. Lalu kau berhenti,
tiba-tiba berbaikan layaknya kekasih, lalu mencuri harddisk itu bersama-sama. Satu-satunya alasan yang mungkin adalah
simulasinya sudah selesai dan kau tak ingin kami mendapatkannya.”
Aku nyaris tergelak. Tindakan heroikku yang luar biasa,
satu-satunya hal penting yang kulakukan, tapi mereka malah menyangka aku
bekerja untuk faksi Erudite.
“Simulasi itu tidak berakhir,” kataku. “Kami menghentikannya, kau—”
Jack mengangkat tangannya. “Aku tidak teratrik dengan apa
yang ingin kau katakan saat ini. Kebenaran akan terungkap saat kalian berdua
diinterogasi di bawah pengaruh serum kejujuran.”
Christina pernah memberitahuku tentang serum kejujuran. Ia
bilang yang paling sulit dari inisiasi Candor adalah diberi serum kejujuran dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan pribadi di hadapan semua orang di faksi itu. Aku
tak perlu mencari rahasia terdalam dan tergelapku untuk mengetahui serum
kejujuran adalah hal terakhir yang kuinginkan ada di dalam tubuhku.
“Serum kejujuran?” aku menggeleng. “Tidak. Tidak bisa.”
“Ada yang ingin kau sembunyikan?” tanya Jack sambil
mengangkat sebelah alisnya.
Aku ingin mengatakan padanya bahwa setiap orang yang
memiliki harga diri pasti ingin menyimpan beberapa rahasia, tapi aku tak ingin
membuatnya curiga. Jadi, aku menggeleng.
“Baiklah, kalau begitu.” Ia mengecek jam tangannya.
“Sekarang sudah siang. Interogasi akan dilakukan pada pukul tujuh. Tak perlu
bersiap-siap. Kalian tak bisa merahasiakan informasi saat berada di bawah pengaruh
serum kejujuran.”
Ia berbalik dan keluar dari ruangan.
“Orang yang menyenangkan,” Tobias berkomentar.
***
Pada awalnya sore harinya, sekelompok Dauntless bersenjata
mengawalku ke kamar mandi. Aku berlama-lama, membiarkan tanganku berubah jadi
merah karena terkena air panas dan menatap bayanganku. Ketika masih di
Abnegation, aku diizinkan untuk memandang cermin sehingga dulu aku berpikir
penampilan seseorang akan banyak berubah dalam tiga bulan. Namun, kali ini
hanya perlu beberapa hari untuk mengubahku.
No comments:
Post a Comment