Penulis: Suzanne
Collins
21
Aku berdiri di depan wastafel di kamar mandi perempuan di
lantai yang baru saja dinyatakan sebagai milik faksi Dauntless. Sebuah pistol
tergeletak di telapak tanganku. Lynn meletakkannya di sana beberapa menit yang
lalu. Ia tampak heran karena aku tidak menggenggam pistol itu dan menyimpannya
di suatu tempat, di dalam sarung pistol itu atatu di balik pinggang celana
jinsku. Aku hanya membiarkannya di sana, lalu keluar dari kamar mandi sebelum
mulai panik.
Jangan tolol. Aku
tak bisa melakukan apa yang akan kulakukan tanpa senjata. Itu gila. Jadi, aku
harus memecahkan masalah yang kuhadapi ini dalam waktu lima menit.
Aku melengkukngkan jari kelingkingkku di gagasannya, lalu
jari kedua, dan seterusnya. Beratnya sudah kukenal. Jari telunjukku menyusup ke
pelatuknya. Aku mengembuskan napas.
Aku mengangkat benda itu, lalu menopang tangan kananku
dengan tangan kiri agar stabil. Aku memegang pistol itu jauh dari tubuhku,
dengan lengan lurus seprti yang diajari Four dulu ketika namanya masih intu.
Aku menggunakan pistol seperti ini untuk melindungi ayah dan kakakku dari para
Dauntless yang berada di bawah pengaruh simulasi. Aku juga menggunakan ini
untuk mencegah Eric menembak kepala Tobias. Benda ini tidak jahat. Pistol ini
Cuma alat.
Aku melihat kelebatan gerakan di cermin dan sebelum bisa
menghentikan diriku sendiri, aku memandang bayanganku. Beginilah aku waktu memandangnya, pikirku. Beginilah aku waktu menembaknya.
Sambil mengerang seperti hewan terluka, aku membiarkan
pistol itu jatuh, lalu memeluk perutku. Aku ingin menangis karena tahu itu akan
membuat perasaanku jadi lebih baik, tapi aku tak bisa memkasa air mata keluar.
Aku hanya berjongkok di kamar mandi sambil memandangi ubin-ubin putih. Aku tak
mampu melakukannya. Aku tak sanggup membawa pistol itu.
Aku seharusnya tidak pergi, tapi aku tetap pergi.
“Tris?” Seseorang mengetuk. Aku berdiri dan menurunkan
lenganku saat pintu berderit terbuka beberapa senti. Tobias masuk.
“Kata Zeke dan Uriah, kau akan menguping Jack,” katanya.
“Oh.:
“Benarkah?”
“Kenapa aku harus memberitahumu? Kau tak memberitahuku
tentang rencanamu.”
Alisnya yang lurus berkerut. “Apa maksudmu?”
“Maksudku tentang membuat Marcus babak belur di depan
seluruh Dauntless tanpa alasan yang jelas.” Aku melangkah ke arahnya. “Tapi
sebenarnya ada alasannya, kan? Karena kau tidak seperti lepas kontrol. Lagi
pula, Marcus tidak memancingmu melakukan itu, jadi pasti ada alasannya!”
“Aku harus membuktikan pada para Dauntless bahwa aku bukan
seorang pengecut,” jawab Tobias. “Cuma itu. Cuma itu.”
“Kenapa kau perlu ...,” aku bertanya.
Mengapa Tobias perlu membuktikan dirinya pada para
Dauntless? Hanya kalau ia ingin mereka menilainya tinggi. Hanya kalau ia ingin
menjadi pemimpin Dauntless. Aku ingat kata-kata Evelyn saat berbicara di
keremangan rumah aman factionless:
“Yang kusarankan adalah agar kau menjadi penting.”
Tobias ingin para Dauntless bersekutu dengan para factionless, dan ia tahu satu-satunya
jalan untuk mewujudkan itu adalah dengan melakukannya sendiri.
Mengapa ia tidak merasa perlu untuk menceritakan rencana ini
kepadaku adalah suatu pertanyaan lain. Sebelum aku sempat bertanya, Tobias
berkata, “Jadi, kau bakal menguping atau tidak?”
“Kenapa kau peduli?”
“Kau menjerumuskan diri ke dalam bahaya lagi tanpa alasan
yang jelas,” jawab Tobias. “Seperti saat kau melawan Erudite itu hanya dengan
... pisau saku untuk melindungi
dirimu.”
“Ini ada alasannya. Alasan yang bagus. Kita tak akan tahu
apa yang terjadi jika tidak menguping, dan kita perlu mengetahui apa yang
terjadi.”
Tobias menyilangkan lengan di depan dada. Tubuhnya tidak
besar seperti kebanyakan anak laki-laki Dauntless. Dan, beberapa gadis mungkin
akan memperhatikan telinganya yang mencuat, atau bagaimana ujung hidungnya
bengkok. Tapi bagiku ....
Aku menelan sisa pikiranku. Tobias di sini untuk memarahiku.
Ia sudah merahasiakan banyak hal dariku. Apa pun yang terjadi di antara kami,
aku tak bisa memikirkan betapa menariknya Tobias itu. Itu hanya akan membuatku
semakin sulit melakukan apa yang harus dilakukan. Dan saat ini aku harus
mendengar apa yang Jack Kang katakan kepada faksi Erudite.
“Kau tidak memotong rambutmu seperti Abnegation lagi,”
kataku. “Karena kau ingin lebih mirip Dauntless?”
“Jangan mengalihkan pembicaraan,” tukas Tobias. “Saat ini
sudah ada empat orang yang akan menguping. Kau tak perlu di sana.”
“Kenapa kau memaksaku tinggal?” Suaraku mengeras. “Aku bukan
orang yang suka duduk-duduk dan membiarkan orang lain mengambil risiko!”
“Selama kau masih menjadi orang yang tidak menghargai
nyawamu ... yang bahkan tak sanggup meraih dan menembakkan pistol ....” Tobias memajukan tubuhnya ke arahku. “Kau harus duduk
dan membiarkan orang lain menantang bahaya.”
Suaranya yang pelan berdenyut di sekelilingku bagaikan detak
jantung kedua. Aku mendengar kata-kata “yang tidak menghargai nyawamu”
berulang-ulang.
“Lalu kau mau apa?” tantangku. “Mengurungku di kamar mandi?
Karena cuma itu yang bisa kau lakukan untuk mencegahku pergi.”
Tobias menyentuh dahi, lalu membiarkan tangannya menusap bagian
samping wajahnya. Aku tak pernah melihat wajahnya sesedih itu.
“Aku tak akan
menghentikanmu. Aku mau kau menghentikan dirimu sendiri,” katanya. “Tapi, kalau
kau bakal bertindak sembrono, kau tak bisa mencegahku ikut denganmu.”
***
Hari masih gelap tapi tidak terlalu gelap saat kami tiba di
jembatan, dua tingkat, dengan pilar-pilar batu di setiap sudutnya. Kami
menuruni tangga di samping salah satu pilar batu dan merayap pelan sambil
tiarap setinggi permukaan sungai. Genangan air besar berkilau ditimpa sinar
matahari. Matahari terbit. Kami harus sampai di posisi kami.
Uriah dan Zeke ada di gedung di masing-masing sisi jembatan
sehingga mereka bisa memandang dengan lebih baik dibandingkan Lynn atau Shauna,
yang ikut karena diajak Lynn walaupun waktu di Tempat Berkumpul ia marah.
Lynn berjalan di depan, dengan punggung menempel di batu
saat merayap di sepanjang bagian bawah penyokong jembatan. Aku mengikutinya.
Shauna dan Tobias di belakangku. Jembatan itu disokong oleh empat struktur
logam melengkung yang menahannya ke dinding batu serta jaring-jaring penopang
kecil di bawah jembatan bagian bawah. Lynn menyelinap ke bawah salah satu
struktur logam itu dan buru-buru memanjat, menjaga agar penopang kecil berada
di bawahnya saat ia memanjat ke bagian tengah jembatan.
Aku membiarkan Shauna memanjat lebih dulu karena tak bisa
memanjang secepatnya. Lengan kiriku gemetar saat aku berusaha menyeimbangkan
diri di atas struktur logam itu. Aku merasakan tangan dingin Tobias di
pinggangku, menahanku.
Say.Ngomng2 bukannya ini crta milik Veronica Roth yah Kok jadi milik Suzzane Colins.
ReplyDelete